Candi Banyunibo terletak di
Dusun Cepit, Kelurahan Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman,
DIY. Candi ini merupakan Candi Buddha warisan abad ke-9 Masehi yang
kadang dijuluki “Candi Sebatang Kara”, karena letaknya yang terpencil,
terpisah dari candi-candi lainnya. Candi ini sendiri ditemukan dalam
bentuk reruntuhan pada bulan November 1940, dan setelah diadakan
penelitian, baru bisa disusun bagian atap dan pintu candi pada tahun
1942. Pemugaran Candi Banyunibo ini berakhir pada tahun 1976.
Candi
Banyunibo terdiri dari 1 candi induk, 3 candi perwara dibagian selatan
dan 3 candi perwara di bagian timur (yang hanya fondasi saja). Candi
induk sendiri menghadap ke arah barat. Dengan Kala Makara
dibagian pintu, plus ukiran-ukiran yang termasuk ramai untuk sebuah
candi seperti ini. Candi induk mempunyai ketinggian 14,25 meter dengan
tinggi kaki candi 2,5 meter dan luasnya 15,325 m x 14,25 m. Di
masing-masing sudut candi terdapat Jaladwara
yang berfungsi sebagai saluran air hujan. Sementara bilik dalam
bangunan induk berukuran 6,875 x 4,5 m. Bagian bawah candi juga banyak
ukiran seperti tanaman yang keluar dari pot bunga dan berbentuk seperti
lampu duduk.
Untuk candi perwaranya diperkirakan sebagian
merupakan stupa yang menjadi pendamping candi induk ini. Dari
arsitekturnya, Candi Banyunibo merupakan candi Buddha, ditandai dengan
atap berbentuk padma dan stupa dipuncaknya.
Candi yang mempunyai arti air menetes ini adalah peninggalan Budha yang
telah direstorasi dari abad ke- 9. Letaknya yang terpencil kira - kira 2
Km dari Istana Ratu Boko tepatnya di Desa Cepit, Kelurahan Bokoharjo,
Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, candi ini memiliki kurva ramping
yang berfungsi sebagai puncak candi dan merupakan daya tarik candi itu
sendiri. Ditemukan dalam keadaan runtuh yang kemudian mulai diteliti dan
digali pada tahun 1940, Candi banyunibo terdiri dari candi induk yang
menghadap ke barat dan dikelilingi oleh 6 candi perwara berbentuk stupa
yang disusun berderet pada sebelah selatan dan timur candi induk. Kaki
candi dengan ketinggian 2,5 meter yang dibangun di atas lantai batu,
terdapat tangga masuk pada sisi sebelah barat. Masing - masing bagian
tengak sudut kaki candi (kecuali pada bagian barat), terdapat hiasan
berupa Jalawara yang berfungsi sebagai saluran air hujan.
Penampil yang
berfungsi sebagai pintu bilik terdapat di sisi tubuh candi dengan ukuran
11 meter, sedangkan selasar yang berfungsi sebagai lorong untuk
berkeliling merupakan bagian bagian lantai atas kaki candi yang tidak
tertutup oleh tubuh candi karena perbedaan ukuran luas tubuh candi yang
lebih kecil dibandingkan luas kaki candi. Banyaknya ornament yang
menghiasi hampir setiap bagian candi, Candi Banyunibo merupakan bangunan
suci Budha yang kaya. Bermacam - macam hiasan serta relief menghiasi
hampir keseluruhan bagian candi. Relief tentang seorang tokoh laki -
laki yang sudah rusak dan tinggal bagian tangan kirinya menghiasi
dinding bilik pintu sebelah selatan. Seorang pengiring terdapat
disebelah kirinya dalam posisi duduk "ardha paryangka" dengan tangan
kanan berada diatas paha kanan dan tangan kiri yang seolah - olah
melindungi kantong besar. Relief ini menggambarkan dewa kurawa yang
merupakan dewa kekayaan dan lebih dikenal oleh penganut budha. Diatasnya
terdapat hiasan berbentuk rekalsitran atau selur gelung.
Relief
tokoh wanita dalam posisi bersila terdapat disisi sebelah utara dinding,
tangan kanannya bertopang di paha dan tangan kirinya menimang anak
kecil. Disekeliling wanita itu terdapat anak kecil yang banyak jumlahnya
dan mengerumuni wanita itu.
Rabu, 26 September 2012
Rabu, 12 September 2012
PON (Pekan Olah Raga Nasional)
Pekan
Olahraga Nasional (disingkat PON)
adalah pesta olahraga nasional di Indonesia yang diadakan setiap empat tahun
sekali dan diikuti seluruh provinsi di Indonesia.
Penyelengaraan PON I
Setelah dibentuk
pada tahun 1946, Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang dibantu oleh
Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI) - keduanya telah dilebur dan saat
ini menjadi KONI - mempersiapkan para atlet Indonesia untuk mengikuti Olimpiade
Musim Panas XIV di London pada tahun 1948. Usaha Indonesia untuk mengikuti
olimpiade pada saat itu menemui banyak kesulitan. PORI sebagai badan olahraga
resmi di Indonesia pada saat itu belum diakui dan menjadi anggota Internasional
Olympic Committee (IOC), sehingga para atlet yang akan dikirim tidak dapat
diterima dan berpartisipasi dalam peristiwa olahraga sedunia tersebut.
Pengakuan dunia atas kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang belum diperoleh
pada waktu itu menjadi penghalang besar dalam usaha menuju London. Paspor
Indonesia pada saat itu tidak diakui oleh Pemerintah Inggris, sedangkan
kenyataan bahwa atlet-atlet Indonesia hanya bisa berpartisipasi di London
dengan memakai paspor Belanda tidak dapat diterima. Alasannya karena delegasi
Indonesia hanya mau hadir di London dengan membawa nama Indonesia. Alasan yang
disebut terakhir ini menyebabkan rencana kepergian beberapa anggota pengurus
besar PORI ke London menjadi batal dan menjadi topik pembahasan pada konferensi
darurat PORI pada tanggal 1 Mei 1948 di Solo.
Mengingat
dan memperhatikan pengiriman para atlet dan beberapa anggota pengurus besar
PORI ke London sebagai peninjau tidak membawa hasil seperti yang diharapkan
semula, konferensi sepakat untuk mengadakan Pekan Olahraga yang direncanakan
berlangsung pada bulan Agustus atau September 1948 di Solo. Pada saat
itu PORI ingin menghidupkan kembali pekan olahraga yang pernah diadakan ISI
pada tahun 1938 (yang terkenal dengan nama ISI Sportweek atau Pekan Olahraga
ISI).
Dilihat dari
penyediaan sarana olahraga, pada saat itu Solo telah memenuhi semua persyaratan
pokok dengan adanya stadion Sriwedari yang dilengkapi dengan kolam renang. Pada
saat itu Stadion Sriwedari termasuk kota dengan fasilitas olahraga yang terbaik
di Indonesia. Selain itu seluruh pengurus besar PORI berkedudukan di Solo
sehingga hal inilah yang menjadi bahan-bahan pertimbangan bagi konferensi untuk
menetapkan Kota Solo sebagai kota penyelenggara Pekan Olahraga Nasional pertama
(PON I) pada tanggal 8 sampai dengan 12 September 1948.
Selain itu
PON I juga membawa misi untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa bangsa
Indonesia dalam keadaan daerahnya dipersempit akibat Perjanjian Renville, masih
dapat membuktikan sanggup mengadakan acara olahraga dengan skala nasional.
Lokasi
Games
|
Tuan rumah
|
Provinsi
|
Tanggal
|
Juara Umum
|
I
|
Surakarta
|
8 September
- 12 September
1948
|
Jawa
Tengah
|
|
II
|
Jakarta
|
21 Oktober
– 28 Oktober
1951
|
Jawa Barat
|
|
III
|
Medan
|
20
September - 27 September 1953
|
Jawa Barat
|
|
IV
|
Makassar
|
27
September - 6 Oktober 1957
|
Jakarta
|
|
V
|
Bandung
|
23
September - 1 Oktober 1961
|
Jawa Barat
|
|
VI
1
|
Jakarta
|
8 Oktober
- 10 November
1965
|
-
|
|
VII
|
Surabaya
|
26 Agustus
- 6 September
1969
|
Jakarta
|
|
VIII
|
Jakarta
|
4 Agustus
- 15 Agustus
1973
|
Jakarta
|
|
IX
|
Jakarta
|
23 Juli
- 3 Agustus
1977
|
Jakarta
|
|
X
|
Jakarta
|
19
September - 30 September 1981
|
Jakarta
|
|
XI
|
Jakarta
|
9 September
- 20
September 1985
|
Jakarta
|
|
XII
|
Jakarta
|
18 Oktober
- 28 Oktober
1989
|
Jakarta
|
|
XIII
|
Jakarta
|
9 September
- 19
September 1993
|
Jakarta
|
|
XIV
|
Jakarta
|
9 September
- 25 September
1996
|
Jakarta
|
|
XV
|
Surabaya
|
19
- 30 Juni
2000
|
Jawa Timur
|
|
XVI
|
Palembang
|
2 September
- 14
September 2004
|
Jakarta
|
|
XVII
|
Samarinda
|
6 Juli
- 17 Juli
2008
|
Jawa Timur
|
|
XVIII
|
Pekanbaru,
Bengkalis
& Dumai
|
9 September
- 20
September 2012
|
sedang
berlangsung
|
|
XIX[1]
|
Bandung
|
2016
|
belum
berlangsung
|
|
XX2
|
Banda Aceh
|
2020
|
belum
berlangsung
|
|
XXI
|
Akan
diumumkan tahun 2016
|
2024
|
1dibatalkan karena peristiwa G30S 2
Langganan:
Postingan (Atom)