Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kabupaten di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
Ibukotanya adalah Sleman. Kabupaten ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah
di utara dan timur, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, dan Kota
Yogyakarta di selatan, serta Kabupaten Kulon Progo di barat. Sleman dikenal
sebagai asal buah salak pondoh. Berbagai perguruan tinggi yang ada di
Yogyakarta sebenarnya secara administratif terletak di wilayah kabupaten ini,
di antaranya Universitas Gadjah Mada dan Universitas Negeri Yogyakarta.
Pusat
pemerintahan di Kecamatan Sleman, yang berada di jalur utama antara Yogyakarta
- Semarang. Dengan Pendapatan Asli Daerah Rp. 52.978.731.000,- (2005) Kabupaten
Sleman merupakan Kabupaten Terkaya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bagian utara kabupaten ini merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Merapi
di perbatasan dengan Jawa Tengah, salah satu gunung berapi aktif yang paling
berbahaya di Pulau Jawa. Sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah
yang subur. Di antara sungai-sungai besar yang melintasi kabupaten ini adalah Kali
Progo (membatasi kabupaten Sleman dengan Kabupaten Kulon Progo), Kali Code, dan
Kali Tapus.
Sejarah
Keberadaan
Kabupaten Sleman dapat dilacak pada Rijksblad no. 11 Tahun 1916 tanggal 15 Mei
1916 yang membagi wilayah Kasultanan Yogyakarta dalam 3 Kabupaten, yakni
Kalasan, Bantul, dan Sulaiman (yang kemudian disebut Sleman), dengan seorang
bupati sebagai kepala wilayahnya. Dalam Rijksblad tersebut juga disebutkan
bahwa kabupaten Sulaiman terdiri dari 4 distrik yakni : Distrik Mlati
(terdiri 5 onderdistrik dan 46 kalurahan), Distrik Klegoeng (terdiri 6
onderdistrik dan 52 kalurahan), Distrik Joemeneng (terdiri 6 onderdistrik dan
58 kalurahan), Distrik Godean (terdiri 8 onderdistrik dan 55 kalurahan).
Berdasarkan Perda no.12 Tahun 1998, tanggal 15 Mei tahun 1916 akhirnya
ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Sleman. Menurut Almanak, hari tersebut
tepat pada Hari Senin Kliwon, Tanggal 12 Rejeb Tahun Je 1846 Wuku Wayang.
Berdasar
pada perhitungan tahun Masehi, Hari Jadi Kabupaten Sleman ditandai dengan Surya
Sengkala "Rasa Manunggal Hanggatra Negara" yang memiliki sifat
bilangan Rasa= 6, Manunggal=1, Hanggatra=9, Negara=1, sehingga terbaca tahun
1916. Sengkalan tersebut, walaupun melambangkan tahun, memiliki makna yang
jelas bagi masyarakat Jawa, yakni dengan rasa persatuan membentuk negara.
Sedangkan dari perhitungan tahun Jawa diperoleh Candra Sengkala "Anggana
Catur Salira Tunggal" yang memiliki arti Anggana=6, Catur=4, Salira=8,
Tunggal=1. Dengan demikian dari Candra Sengkala tersebut terbaca tahun 1846.
Beberapa
tahun kemudian Kabupaten Sleman sempat diturunkan statusnya menjadi distrik di
bawah wilayah Kabupaten Yogyakarta. Dan baru pada tanggal 8 April 1945, Sri
Sultan Hamengkubuwono IX melakukan penataan kembali wilayah Kasultanan
Yogyakarta melalui Jogjakarta Koorei angka 2 (dua). Penataan ini menempatkan
Sleman pada status semula, sebagai wilayah Kabupaten dengan Kanjeng Raden T
umenggung Pringgodiningrat sebagai bupati. Pada masa itu, wilayah Sleman
membawahi 17 Kapenewon/Kecamatan (Son) yang terdiri dari 258 Kalurahan (Ku).
Ibu kota kabupaten berada di wilayah utara, yang saat ini dikenal sebagai desa
Triharjo. Melalui Maklumat Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
5 tahun 1948 tentang perubahan daerah-daerah Kelurahan, maka 258 Kelurahan di
Kabupaten Sleman saling menggabungkan diri hingga menjadi 86 kelurahan/desa.
Kelurahan/Desa tersebut membawahi 1.212 padukuhan.
Pusaka dan Identitas Daerah
Kabupaten
Sleman memiliki tombak "Kyai Turunsih Tangguh Ngayogyakarto",
pemberian dari Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Sabtu Kliwon
15 Mei 1999 (Tanggal Jawa, 29 Sapar 1932 Ehe). Penyerahan Pusaka tersebut
kepada Bupati Sleman, dikawal 2 bergada prajurit Kraton Yogyakarta yakni
Bregada Ketanggung berbendera Cakraswandana dan Bregada Mantrijero berbendera
Purnamasidi. Pusaka itu dibawa seorang abdi Keraton Yogyakarta, KRT Pringgohadi
Seputra.
Tombak Kyai
Turunsih memiliki dhapur (pangkal) cekel beluluk Ngayogyakarta dan pamor beras
wutah (wos wutah) wengkon. Pamor pusaka itu sesuai kondisi Sleman sebagai
gudang berasnya Daerah Istimewa Yogyakarta. Tombak tersebut memiliki panjang
sepanjang kurang lebih 270 cm dan pangkal sepanjang 49 cm.
Menurut Sri
Sultan Hamengku Buwono X, Tombak Kyai Turunsih mengisyaratkan laku ambeg
paramarta, dijiwai olah rasa kasih sayang, yang mencakup wilayah se Kabupaten
Sleman sebagaimana sebuah keluarga besar yang harmonis, mulat sarira sesuai
hari jadinya 'Anggana Catur Sarira Tunggal yang terbaca tahun 1846 Jawa. Candra
Sengkala tersebut mengemukakan sikap kearifan tradisional di empat penjuru yang
manunggal pada jiwa kesatuan, yang menjadi unsur kasepuhannya.
Salak Pondoh
(Sallaca edulis Reinw cv Pondoh) dalam kajian ilmiah termasuk divisi
Spermatophyta (tumbuhan berbiji) dengan sub divisi Angiospermae (berbiji
tertutup). Sedangkan klasifikasi kelasnya adalah Monocotyledoneae (biji
berkeping satu), yang termasuk bangsa Arecales, suku Arecaceae Palmae (keluarga
Palem) dan marga Salacca jenis Salacca edulis Reinw dengan anak jenis Salacca
edulis Reinw cv Pondoh.
Tanaman ini
dipilih menjadi flora identitas Kabupaten Sleman karena merupakan jenis tanaman
Salak khas di wilayah Sleman dan telah menjadi kebanggaan masyarakat Sleman.
Awalnya, Partodiredjo, seorang Jogoboyo desa pada Kapanewon Tempel, pada tahun
1917 menerima kenang-kenangan empat butir biji salak dari seorang warga negara
Belanda yang akan kembali ke negerinya karena masa tugasnya telah berakhir.
Biji Salak yang kemudian ditanam dan dibudidayakannya dengan baik ternyata
menghasilkan buah yang manis dan tidak sepat, tidak seperti buah Salak yang
selama itu dikenalnya. Pada tahun 1948-an tanaman Salak tersebut kemudian
dikembangkan lebih lanjut oleh Muhadiwinarto (putra Partodiredjo) warga
Sokobinangun, Merdikorejo, Tempel. Karena kelebihannya dalam hal rasa, tanaman
salak tersebut cepat berkembang pesat penyebarannya.
Burung
Punglor (Zootheria Citrina) yang tergolong Vertebrata marga Zootheria, bangsa
passeriformes, suku Turdidae, dan kelas Aves ini memiliki bulu yang indah.
Habitat Punglor adalah hutan sekunder dataran rendah dan dataran yang memiliki
ketinggian hingga 900 M di atas permukaan air laut.
Di wilayah
Sleman, burung yang bersuara merdu ini berhabitat kebun Salak Pondoh. Dengan
makanan utama cacing tanah dan kumbang (uret), Punglor merupakan predator bagi
hama tanaman Salak Pondoh.
Tempat wisata
- Kaliurang
- Candi Prambanan
Kecamatan
- Berbah
- Cangkringan
- Depok
- Gamping
- Godean
- Kalasan
- Minggir
- Mlati
- Moyudan
- Ngaglik
- Ngemplak
- Pakem
- Prambanan
- Seyegan
- Sleman
- Tempel
- Turi
Batas wilayah
- Utara : Kabupaten Magelang
(Jawa Tengah)
- Timur : Kabupaten Klaten,
Kabupaten Boyolali (Jawa Tengah)
- Selatan : Kota Yogyakarta,
Kabupaten Bantul
- Barat : Kabupaten
Kulonprogo, Kabupaten Magelang.
Bupati
- KRT Pringgodiningrat
(1945-1947)
- KRT Projodiningrat (1947-1950)
- KRT Dipodiningrat (1950-1955)
- KRT Prawirodiningrat
(1955-1959)
- KRT. Murdodiningrat (1959-1974)
- KRT Tedjo Hadiningrat (1974 / 3
Bulan)
- Drs. KRT. H. Prodjosuyoto
Hadiningrat (1974-1985)
- Drs. Samirin (1985-1990)
- H. Arifin Ilyas (1990-2000)
- Drs. Ibnu Subiyanto, Akt
(2000-2008)
- Drs.H. Sri Purnomo,M.Si
(2008-2010/Plt Bupati)
- Drs.H. Sri Purnomo,M.Si
(2010-2015)