Minggu, 22 Januari 2012

Wahid Institute: Ada Skenario Penghancuran Kebebasan Beragama


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah pusat didesak segera mengambil alih dan menyelesaikan polemik Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin di Bogor, Jawa Barat. Pasalnya, kelompok penentang pembangunan Gereja dinilai semakin berani.
"Kalau pemerintah pusat terus mendiamkan dan tidak mengambil langkah-langkah sesuai koridor hukum, bukan tidak mungkin keadaan akan semakin memburuk," kata Rumadi, Koordinator Program The Wahid Institute melalui pesan singkat, Minggu (22/1/2012).
Rumadi menanggapi kembali terjadinya intimidasi terhadap jemaat GKI Yasmin pagi tadi oleh sekitar 70 orang. "Jemaat tak bisa lagi sekedar mengunjungi Gereja mereka. Bahkan, kegiatan ibadah mereka di salah satu rumah jemaat juga dikepung massa," kata dia.
Rumadi menyebut kelompok intoleran itu sengaja diorganisir untuk menimbulkan kekacauan dalam kehidupan beragama. Menurut dia, ada pihak yang sedang menyusun skenario untuk menjadikan persoalan GKI Yasmin sebagai ladang penghancuran jaminan konstitusi kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Selama ini, Rumadi menilai pemerintah tak serius menyelesaikan masalah GKI Yasmin. Hal itu terlihat dari tiga kali dibatalkannya rapat gabungan dengan Dewan Perwakilan Rakyat untuk membahas masalah itu.
"Persoalan GKI Yasmin sebenarnya sederhana jika semua pihak, terutama Walikota Bogor dan pemerintah pusat mengikuti keputusan Mahkamah Agung. Kalau putusan MA diabaikan oleh Walikota Bogor dan pemerintah pusat, maka negara ini tidak lagi bisa disebut negara hukum karena hukum telah dikangkangi kelompok-kelompok preman berjubah," kata Rumadi.
Rumadi menagih janji Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada pendeta GKI Papua dan PGI di Cikeas bahwa akan turun langsung menyelesaikan persoalan GKI Yasmin.
"Presiden, apa yang kau tunggu? Bawahan Anda, Walikota Bogor dan menteri-menteri terkait sudah nyata-nyata tak bisa menyelesaikan," pungkas dia.

Copy Paste dari : http://nasional.kompas.com/read/2012/01/22/13291687/Wahid.Institute.Ada.Skenario.Penghancuran.Kebebasan.Beragama
diambil dari : kompas.com di ambil tanggal 22 januari 2012 jam 14.21

Minggu, 01 Januari 2012

Resolusi 2012

Tahun baru lekat dengan berbagai harapan dan resolusi baru untuk setahun ke depan. Namun, ironisnya, kebanyakan dari kita membuat resolusi yang sama tahun demi tahun. Sepekan berlalu di tahun baru, kita justru kembali pada rutinitas lama.

Apa sih sebenarnya resolusi itu, 


Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata resolusi diterjemahkan sebagai re·so·lu·si /rĂ©solusi/ n putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yg ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tt suatu hal: rapat akhirnya mengeluarkan suatu -- yg akan diajukan kpd pemerintah.

Secara simpel, makna resolusi dapat kita gunakan untuk menyimpulkan harapan, tujuan, hal konkret yang akan kita capai  tahun depan.

Misalkan, bisa mendapatkan nilai A pada mata kuliah, mendapat kesempatan magang di kantor favorit, pindah kos, menyelesaikan skripsi, bebas utang, bisa menabung, membeli motor, mendapat pekerjaan, atau mendapat pacar?


Resolusi ialah ketetapan hati. Itu adalah kebulatan tekat untuk mengambil sikap, melakukan tindakan, serta menunjukkan perilaku baru yang berbeda dengan yang sudah-sudah. Lazimnya yang baru ini lebih baik daripada yang dulu.


Tahun Baru sering dipakai untuk menetapkan resolusi bagi diri sendiri. Pada orang-orang yang menjalani hidupnya dengan sadar dan serius, resolusi biasanya didahului oleh perenungan yang mendalam dan doa yang khusyuk. Kita mohon perkenan Tuhan agar kita diberi-Nya kemauan keras dan ketegaran iman untuk mengatasi kelemahan kita. Agar kita tak tergelincir oleh godaan untuk menyimpang dari resolusi kita.

 Namun membuat resolusi dan mewujudkannya adalah dua hal yang berbeda. Seperti tujuan lainnya, jika tidak memiliki rencana dan eksekusi yang matang, Hanya akan menyaksikan semua resolusi itu menjadi harapan yang tak kunjung nyata.


Untuk membuat suatu tujuan tercapai, mempertimbangkanlah aktivitas apa yang akan dilakukan dan meninggalkan saja pekerjaan-pekerjaan yang memakan waktu tetapi kurang berkontribusi dalam upaya pengembangan baru.

yang jelas usahakan jangan membuat resolusi yang percuma seperti ini :

Melunasi utang. Jika selama setahun terakhir utang kartu kredit menumpuk, maka umumnya, melunasi utang dengan berbagai cara menjadi salah satu resolusi tahun baru. Ini merupakan cara klasik. Sebaiknya, ubah gaya hidup agar utang tak terlalu banyak dan uang bisa ditabung.

Mengurangi kebiasaan buruk. Setiap orang pasti memiliki kebiasaan buruk. Namun, memiliki resolusi yang sama untuk mengurangi kebiasaan buruk justru membuatnya cenderung malas melakukannya, atau menundanya karena berpikir masih ada tahun depan. Daripada selalu mengulangi resolusi yang sama tetapi tidak ada pengaruhnya, lebih baik mencari dukungan yang lebih nyata untuk membantu menghilangkan kebiasaan buruk tersebut.

Lebih sering mengunjungi keluarga. Mengunjungi keluarga sebenarnya bukanlah sebuah resolusi. Mengunjungi keluarga inti, seperti orangtua, adalah sebuah keharusan. Sebenarnya tak ada alasan untuk benar-benar putus hubungan dengan keluarga. Sebaiknya sempatkanlah untuk menelepon keluarga dan mengabari mereka setiap minggunya. Cara ini dapat membantu meningkatkan kualitas hubungan dengan keluarga.

Resolusi yang umum dibuat orang di antaranya mengurangi utang, menurunkan berat badan, dan berhenti merokok. Tapi sayangnya, resolusi seperti ini tidak jelas dan kadang terlihat menakutkan.

Mulailah membuat resolusi-resolusi kecil untuk menapai resolusi utamamu, misalnya jika kamu ingin mengurangi berat badan, buatlah resolusi kecil seperti menurunkan lima kilogram dalam tiga bulan. Dengan membuat target lebih spesifik, kemungkinanmu mencapai resolusi pun lebih besar.




Memang menyenangkan memiliki pemikiran bahwa kita dapat melakukan segalanya. Tapi ingatlah, memenuhi resolusi sangatlah sulit dan menguras tenaga.

Akan lebih baik jika kamu membuat satu resolusi dan mencurahkan segala sumber dayamu untuk mencapainya, ketimbang memiliki beberapa resolusi tetapi kamu jalani dengan setengah hati.

Jika pada akhir 2012 mendatang ternyata kamu tidak berhasil memenuhi targetmu, jangan hukum dirimu. Periksa kembali apa yang menjadi kesalahanmu, apakah targetmu terlalu muluk-muluk, apakah kamu butuh target-target yang lebih kecil, atau kamu justru kehilangan motivasi di tengah jalan?

Kemudian, jadikan masalah itu sebagai bahan koreksi di tahun berikutnya. Ingatlah, resolusi dibuat sebagai sarana pengembangan diri dan untuk membuatmu merasa nyaman dengan diri sendiri. Jangan biarkan resolusi tahun baru justru menurunkan semangatmu.

Jika pada akhir 2012 mendatang ternyata kamu tidak berhasil memenuhi targetmu, jangan hukum dirimu. Periksa kembali apa yang menjadi kesalahanmu, apakah targetmu terlalu muluk-muluk, apakah kamu butuh target-target yang lebih kecil, atau kamu justru kehilangan motivasi di tengah jalan?

Kemudian, jadikan masalah itu sebagai bahan koreksi di tahun berikutnya. Ingatlah, resolusi dibuat sebagai sarana pengembangan diri dan untuk membuatmu merasa nyaman dengan diri sendiri. Jangan biarkan resolusi tahun baru justru menurunkan semangatmu.