Jumat, 17 Desember 2010

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi Siap Di-reshuffle

SEMPAT EMOSI: Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi berjalan meninggalkan Ruang Nusantara II Gedung DPR, Jakarta, kemarin.

“SAYA siap di-reshuffle, kapan pun!” ujar Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi dengan nada tinggi. “Saya tidak berambisi dan mengemis jabatan,” katanya lagi, lebih lantang. Ucapan tersebut dilontarkan Gamawan saat berjalan keluar dari Ruang Nusantara II di Gedung DPR,Jakarta, sesaat setelah parlemen mengesahkan Rancangan Undang- Undang Partai Politik (RUU Parpol) kemarin.

Puluhan wartawan merubunginya mulai dari mantan Gubernur Sumatera Barat itu akan melalui pintu keluar ruangan. Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Jafar Hafsah tampak berlari kecil mengejarnya. Jafar kemudian memeluk Gamawan sambil berbisik pendek,”Bapak sabar ya.” Gamawan hanya tersenyum kecut kemudian melanjutkan berjalan. Tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.Gamawan memang sedang emosi. Dia langsung meninggalkan kursinya kemudian berjalan cepat ke luar ruangan begitu pimpinan DPR menyatakan sidang paripurna selesai.Tak ada basa-basi atau berbincang santai dengan anggota maupun pimpinan DPR seperti biasa dilakukannya bila menghadiri rapat-rapat di parlemen.

Sidang paripurna DPR kemarin yang juga dihadiri Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Patrialis Akbar memang diwarnai ketegangan. Berawal dari interupsi anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (FPDIP) Aria Bima yang panjang lebar menyudutkannya terkait polemik keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat itu Gamawan sedang berada di atas podium untuk menyampaikan laporan hasil pembahasan RUU Parpol. “Saya kecewa karena Anda terlalu latah bicara tentang Yogya,” kata Aria Bima.Saya kecewa Bapak menyepelekan sidang rakyat Yogya dengan mengatakan aspirasi Yogya itu sepele.Saya kecewa karena Bapak menganggap suara DPRD Yogya tidak ada.Saudara sebagai Mendagri seharusnya bersikap sebagai negarawan.

Saya kecewa dengan pernyataan Anda yang mengatakan bahwa sidang rakyat hanya diikuti oleh sebagian kecil rakyat Yogyakarta. Kelatahan Saudara Menteri menunjukkan ketidakmampuan dalam melihat persoalan secara menyeluruh. Saya minta Saudara Menteri lebih bijaksana dan tidak pendek akal. Itu penting,” kata Aria. Wakil Ketua DPR yang memimpin persidangan, Pramono Anung memotong ucapan Aria. Dia langsung meminta sidang diteruskan. Gamawan kebagian giliran kedua naik ke podium untuk menyampaikan laporan pembahasan RUU Parpol di depan sidang setelah Ketua Komisi II DPR Chairuman Harahap.

Setelah menamatkan laporannya, Gamawan meminta izin kepada pimpinan sidang untuk menjawab interupsi yang dilancarkan Aria Bima tadi.Namun, Pram menolaknya karena agenda sidang tidak terkait RUUK DIY. Gamawan masih di atas podium ketika beberapa anggota Dewan dari kursi mereka berteriak-teriak memintanya turun. Dia tidak langsung kembali ke kursi.Dengan mata nanar memandang seantero ruangan, Gamawan menyatakan bahwa dirinya harus memberi tanggapan atas interupsi Aria Bima. “Kalau saya tidak diizinkan menyampaikan pernyataan, berarti ada diskriminasi. Menjadi catatan bagi saya bahwa forum ini tidak demokratis,” tegasnya.

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi terpancing menanggapi kritik terbuka yang disampaikan anggota DPR asal Fraksi PDI Perjuangan, Aria Bima, dalam Sidang Paripurna, Kamis (16/12/2010).

Aria menyebut Gamawan tak menunjukkan kenegarawanan dalam menanggapi dinamika masyarakat Yogyakarta. Setelah membacakan pandangan pemerintah terkait RUU Partai Politik, Gamawan, masih di atas podiumnya, meminta waktu menanggapi kritik Aria Bima. "Saya merasa perlu menanggapi pernyataan Saudara Aria Bima," kata Gamawan.

Namun, pimpinan sidang, Pramono Anung, meminta Gamawan untuk kembali ke tempatnya karena kapasitasnya yang mewakili Presiden dan tidak dalam kapasitas menanggapi pernyataan interupsi anggota Dewan.

"Bapak Menteri, perlu diingat bahwa Bapak mewakili Presiden dalam mimbar terhormat di Paripurna ini, dan hanya memberikan penjelasan terkait RUU Partai Politik, tidak yang lainnya. Bapak bisa klarifikasi pada forum lain," kata Pramono.

Dengan nada tinggi, Gamawan menimpali, "Alangkah tidak adilnya dalam suasana demokrasi, mereka boleh bicara, saya tidak. Baik kalau saya tidak boleh menyampaikan itu, artinya ada diskriminasi. Yang lain boleh bicara, tapi saya tidak boleh menanggapi," ujar Gamawan.

Suasana sedikit riuh ketika beberapa anggota Dewan turut berbicara. "Menteri overacting, menteri turun," kata beberapa anggota melalui pengeras suara.

Akhirnya, Gamawan memilih kembali ke posisinya. "Ini semua jadi catatan bagi saya," kata dia.


Dia lantas kembali ke kursinya. Tak perlu berlama-lama, sesaat setelah Pramono Anung mempersilakan dirinya dan Menkum dan HAM Patrialis Akbar meninggalkan ruangan karena persidangan akan beralih ke agenda lain,Gamawan langsung angkat kaki.Tidak lagi lihat kanan-kiri.Tidak ada salamsalaman. Tidak ada pamit-pamitan, apalagi melempar senyuman. Kepada wartawan yang mewawancarainya di luar ruang sidang, Gamawan menyatakan bahwa dirinya benar-benar kecewa. Menurut dia, ada penjelasan yang harus diketahui Aria Bima dan para anggota lain DPR soal pernyataannya selama ini mengenai RUU Keistimewaan DIY.

Namun, saat dirinya akan menyampaikan keterangan yang lebih menyeluruh, parlemen justru menutup ruang komunikasi tersebut. “Padahal, saya adalah resmi utusan presiden yang ditugaskan untuk menyosialisasikan RUUK DIY,” kata Gamawan. Sekitar 15 menit Gamawan melayani wawancara dengan para wartawan. Dia tampak benarbenar dapat mengendalikan diri meski sedang mengeluarkan segenap kekecewaan atas apa yang baru saja dialaminya.

Setelah berpamitan kepada wartawan, dia bergegas membarengi langkah Patrialis Akbar menuju lift.Di bawah, mobil dinas sudah siap membawa kedua menteri itu meninggalkan Gedung DPR.