Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Djohermansyah Djohan mengkl aim 71 persen rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menginginkan pengisian jabatan gubernur dan wakil gubernur dipilih secara langsung.
Hal itulah yang menjadi salah satu dasar pemerintah dalam menyusun Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta seperti seperti sekarang ini.
"Menurut survei yang pernah saya baca, 71 persen rakyat Yogya ingin pemilihan langsung. Survei tahun 2010, meskipun yang namanya survei bisa macam-macam ya," katanya kepada wartawan di Warung Daun, Jalan Cikini Raya, Jakarta, Sabtu (4/12/2010).
Namun, saat wartawan mempertanyakan lembaga yang melakukan survei, Djohermansyah tidak menjawab secara tegas. "Saya pernah baca," katanya berkali-kali.
Sementara itu, Ketua Parade Nusantara Jiono, yang juga Kepala Desa di salah satu Kabupaten Bantul, mengatakan, mayoritas rakyat Yogyakarta menginginkan agar Sri Sulta Hamengku Buwono dan Pakubuwono otomatis ditetapkan sebagai gubernur dan wakil gubernur.
"Kalau melalui pemilihan kami tidak akan ikut. Kami boikot," katanya.
Untuk mengukur aspirasi Yogyakarta terhadap draf RUU versi pemerintah, Jiono juga menuntut dilakukan referendum. "Belanda saja mengakui kedudukan Ngarso Dalem Sri Sultan sebagai pemimpin Yogyakarta. Menjadi lucu jika pada masa NKRI kita harus minta agar Ngarso Dalem ditetapkan melekat Sultan-Gubernur, Gubernur-Sultan," katanya.
Lucunya :
1. Pejabat tak tahu yang dibaca apa ?
mungkin surveynya dilakukan oleh NARUTO kalo tidk berarti baca komik hitung2 annya
detektif Conan
2. 71 % rakyat Jogja atau 70% rakyat Indonesia yang berada di Jogja
Silahkan anda nilai sendiri kompetensi pejabat tersebut dalam memegang jabatannya.